Pada saat ini jenis obat yang sering diresepkan yaitu Metered Dose-Inhaler (MDI). MDI merupakan inhaler tertua di pasar dan telah tersedia sejak
awal 1950-an. Obat ini terkandung dalam aerosol bertekanan dan dicampur dengan
propelan yang membantu untuk mendorong obat keluar dari inhaler dan ke mulut
dan paru-paru. Setiap aktuasi perangkat melepaskan 'dosis terukur'. Perangkat
yang paling umum adalah MDI hal ini mungkin karena umumnya lebih murah daripada
perangkat lain, namun harus diakui bahwa itu juga MDI paling sulit untuk
digunakan dengan benar.
Bagian-bagian dari alat MDI antara lain:
Penggunaan yang tepat akan memberikan hasil pengobatan yang maksimal, sebaliknya penggunaan alat MDI yang keliru justru akan membawa masalah baru dalam pengobatan seseorang.
Langkah-langkah
cara penggunaan MDI dan tujuannya:
1. Membuka dan lepaskan penutup MDI. Pada step ini apabila tidak dilakukan maka tidak dapat dipakai secara
cepat karena dosis obat tidak dapat keluar dari mouthpiece MDI, membuka tutup inhaler
bertujuan untuk membuka jalan obat melalui alat inhalasi. Mouthpiece merupakan area pengarah aliran droplet aerosol yang
keluar dari atomizing nozzle menuju
rongga mulut untuk pada akhirnya di alirkan ke paru-paru.
2. Mengocok MDI secara perlahan beberapa kali. Pada step 2 ini pengocokan MDI berfungsi untuk menghomogenkan formula
suspensi dan menyeragamkan dosis karena
masalah utama yang sering kali terjadi pada pasien yang menggunakan MDI
adalah tidak mengocok tabung atau canister inhaler sebelum digunakan. Apabila banyaknya
ukuran partikel tidak seragam maka akan dapat berakibat partikel besar akan
menempel atau terdeposit pada bagian langit-langit mulut atau bagian dalam
mulut yang kemungkinan terjadi resiko terjadinya efek samping yaitu candidiacis oropharyngeal.
3. Berdiri dan
tegakkan kepala kemudian pegang MDI dengan posisi mouthpiece menghadap ke bawah (posisi canister terletak di atas). Hal ini disebabkan masalah dan kesalah
umum yang terjadi yaitu posisi inhaler yang salah. Pentingnya step ini supaya dapat menerima dosis dengan tepat dan untuk
menkondisikan posisi obat berada lebih tinggi dari jalan keluarnya obat.
Apabila posisi canister terbalik maka yang akan terjadi
yaitu dapat mengurangi efektifitas obat yang berkaitan dengan gaya gravitasi
yang pada dasarnya gaya aerodinamika berpengaruh pada distribusi ukuran
partikel optimum untuk sebagian besar aerosol inhalasi secara umum telah diakui
sebagai berada di kisaran 1-5 µm.
4. Tarik dan
hembuskan napas melalui mulut yang pada dasarnya masalah dan kesalahan umum
yang terjadi ketidakmampuan pasien dalam mengkoordinasikan ekhalasi dan
inhalasi. Step ini dilakukan bertujuan agar pasien dapat melakukan penarikan nafas secara dalam saat
dosis obat dikeluarkan dan pada saat ekhalasi dapat mencapai yang langsung
menuju paru-paru. Udara yang dikeluarkan setelah inhalasi adalah vital capacity
(VC) sedangkan udara yang tersisa pada saat setelah ekslahasi yaitu volume recidual (VR). Pemanasan sebelum
menggunakan MDI juga untuk memberikan kekuatan yang lebih pada saat menarik
obat supaya terdeposisi pada paru-paru. Namun, apabila step ini tidak dilakukan maka obat tidak akan terdeposisi pada
paru-paru secara optimal namun untuk step
4 ini melakukan penghembusan nafas tidaklah efektif dan juga dapat
menyebabkan bronchospasme.
5. Letakkan mouthpiece pada bagian antara gigi dan
tutup bibir dengan rapat (kondisi mulut tertutup rapat). Step tersebut sangat berkaitan dengan golongan yang digunakan oleh pasien mengenai posisi peletakan mouthpiece dan posisi mulut. Usaha yang
dilakukan pada step kelima adalah
upayakan supaya aliran udara tidak terganggu dengan jalan lidah yang menutupi
bagian mouthpiece MDI dan
pada sediaan golongan antikolinergik sangat disarankan menutup rapat mulut
karena dapat menyebabkan terjadinya glaucoma
apabila tersempot di bagian dekat dengan mata. Sediaan MDI saat ini menggunakan formulasi CFC-free yang diganti dengan HFA propellants,
yang memiliki kecepatan penghantaran obat ke
paru-paru lebih rendah untuk itu pihak industry farmasi menyarankan penggunaan MDI
dengan posisi mulut tertutup rapat.
6.
Tarik
nafas dalam-dalam dan bersamaan perlahan-lahan menekan bagian atas metal canister untuk mengeluarkan dosis .
Kurangnya koordinasi saat ekshalasi dengan inhalasi pada saat penyemprotan
bahan obat dengan metered dose inhaler (MDI)
sering kali menjadi kesalahan umum yang menyebabkan tidak optimalnya pengobatan
melalui rute inhalasi. Pengobatan asma (salah satunya) melalui rute inhalasi dimana obat harus
mencapai bronkiolus (paru-paru) dengan ukuran partiker 1-5 µm
yang dapat terdeposit pada saluran pernafasan yang sangat kecil sehingga MDI dapat bekerja sangat efektif.
Apabila pada step ini tidak dilakukan secara bersamaan maka
partikel obat yang aerodinamik berukuran 1-5 µm tidak akan
masuk ke bronkiolus secara keseluruhan sehingga mengurangi efektifitas kerja
obat karena partikel obat terdeposisi pada bagian mulut, orofaring ataupun
alveolar.
7. Lanjutkan
untuk bernapas perlahan-lahan selama 4-5 detik. Sediaan MDI mengandung propellants yang membantu proses
jalannya distribusi obat terdeposisi pada paru-paru sebanyak 10-20% dengan
sediaan aerosol. Proses penguapan propellant
untuk mfemperkecil ukuran partikel sediaan aerosol bergantung pada jarak dan
waktu dari obat yang dikeluarkan melalui inhaler menuju paru-paru, apabila
terlalu cepat jarak yang dihasilkan terlalu singkat, menyebabkan ukuran sediaan
masih cukup besar dan berada pada saluran pernafasan atas sehingga pengobatan
menggunakan MDI tidak mencapai efektifitas yang optimal. Inhalasi secara
perlahan ini dilakukan hingga mencapai total
lung capacity (TLC) apabila bernafas terlalu cepat, obat dapat terbuang
kembali ke faring dan mulut secara instan pada saluran pernafasan akan
mengalami efek samping yang tidak diinginkan.
8. Tahan napas
selama 10 detik. Masalah dan kesalahan umum
yang sering terjadi pada step 8 adalah gagal atau tidak mampu untuk menahan napas
selama waktu yang diperlukan . Step 8
adalah tahan nafas selama 10 detik pada dasarnya step ini sangatlah penting sebab partikel obat harus terdeposisi
secara maksimal dan optimal di paru-paru serta menahan nafas dapat memberikan
waktu pengobatan menetap atau bertahan lama pada saluran pernafasan. Apabila
pasien tidak dapat menahan nafas selama 10 detik. Menahan nafas selama
waktu 10 detik merupakan waktu yang efektif untuk partikel obat terdeposisi
pada paru-paru apabila pasien tidak dapat menahan nafas selama 10 detik
maka diperbolehkan menahan kurang dari 10 detik (misal selama 5 detik atau 7
detik) selama pasien mampu melalukannya, waktu minimal untuk menahan nafas
yaitu 4 detik. Pasien yang melalukan step
ini bila menahan nafas lebih dari 10 detik tidak akan menimbulkan optimal yield value atau tidak
menimbulkan efektifitas obat berlebih.
9. Hembuskan
nafas secara perlahan-lahan melalui mulut. Tujuan dari step 9 ini adalah memberikan waktu obat yang telah terdeposisi di
paru-paru tidak terbuang secara instan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar