Minggu, 22 Mei 2016

CARA PENGGUNAAN MDI (METERED-DOSE INHALER)

Pada saat ini jenis obat yang sering diresepkan yaitu Metered Dose-Inhaler (MDI). MDI merupakan inhaler tertua di pasar dan telah tersedia sejak awal 1950-an. Obat ini terkandung dalam aerosol bertekanan dan dicampur dengan propelan yang membantu untuk mendorong obat keluar dari inhaler dan ke mulut dan paru-paru. Setiap aktuasi perangkat melepaskan 'dosis terukur'. Perangkat yang paling umum adalah MDI hal ini mungkin karena umumnya lebih murah daripada perangkat lain, namun harus diakui bahwa itu juga MDI paling sulit untuk digunakan dengan benar.

Bagian-bagian dari alat MDI antara lain:

Penggunaan yang tepat akan memberikan hasil pengobatan yang maksimal, sebaliknya penggunaan alat MDI yang keliru justru akan membawa masalah baru dalam pengobatan seseorang.

Langkah-langkah cara penggunaan MDI dan tujuannya:
1.  Membuka dan lepaskan penutup MDI. Pada step ini apabila tidak dilakukan maka tidak dapat dipakai secara cepat karena dosis obat tidak dapat keluar dari mouthpiece MDI, membuka tutup inhaler bertujuan untuk membuka jalan obat melalui alat inhalasi. Mouthpiece merupakan area pengarah aliran droplet aerosol yang keluar dari atomizing nozzle menuju rongga mulut untuk pada akhirnya di alirkan ke paru-paru.

2.   Mengocok MDI secara perlahan beberapa kali. Pada step 2 ini pengocokan MDI  berfungsi untuk menghomogenkan formula suspensi dan menyeragamkan dosis karena  masalah utama yang sering kali terjadi pada pasien yang menggunakan MDI adalah tidak mengocok tabung atau canister  inhaler sebelum digunakan. Apabila banyaknya ukuran partikel tidak seragam maka akan dapat berakibat partikel besar akan menempel atau terdeposit pada bagian langit-langit mulut atau bagian dalam mulut yang kemungkinan terjadi resiko terjadinya efek samping yaitu candidiacis oropharyngeal.
3. Berdiri dan tegakkan kepala kemudian pegang MDI dengan posisi mouthpiece menghadap ke bawah (posisi canister terletak di atas). Hal ini disebabkan masalah dan kesalah umum yang terjadi yaitu posisi inhaler yang salah. Pentingnya step ini supaya dapat menerima dosis dengan tepat dan untuk menkondisikan posisi obat berada lebih tinggi dari jalan keluarnya obat. Apabila posisi canister terbalik maka yang akan terjadi yaitu dapat mengurangi efektifitas obat yang berkaitan dengan gaya gravitasi yang pada dasarnya gaya aerodinamika berpengaruh pada distribusi ukuran partikel optimum untuk sebagian besar aerosol inhalasi secara umum telah diakui sebagai berada di kisaran 1-5 µm.

4. Tarik dan hembuskan napas melalui mulut yang pada dasarnya masalah dan kesalahan umum yang terjadi ketidakmampuan pasien dalam mengkoordinasikan ekhalasi dan inhalasi. Step ini dilakukan bertujuan agar pasien dapat melakukan penarikan nafas secara dalam saat dosis obat dikeluarkan dan pada saat ekhalasi dapat mencapai yang langsung menuju paru-paru. Udara yang dikeluarkan setelah inhalasi adalah vital capacity (VC) sedangkan udara yang tersisa pada saat setelah ekslahasi yaitu volume recidual (VR). Pemanasan sebelum menggunakan MDI juga untuk memberikan kekuatan yang lebih pada saat menarik obat supaya terdeposisi pada paru-paru. Namun, apabila step ini tidak dilakukan maka obat tidak akan terdeposisi pada paru-paru secara optimal namun untuk step 4 ini melakukan penghembusan nafas tidaklah efektif dan juga dapat menyebabkan bronchospasme.

5.   Letakkan mouthpiece pada bagian antara gigi dan tutup bibir dengan rapat (kondisi mulut tertutup rapat). Step tersebut sangat berkaitan dengan golongan yang digunakan oleh pasien mengenai posisi peletakan mouthpiece dan posisi mulut. Usaha yang dilakukan pada step kelima adalah upayakan supaya aliran udara tidak terganggu dengan jalan lidah yang menutupi bagian mouthpiece MDI dan pada sediaan golongan antikolinergik sangat disarankan menutup rapat mulut karena dapat menyebabkan terjadinya glaucoma apabila tersempot di bagian dekat dengan mata. Sediaan MDI saat ini menggunakan formulasi CFC-free yang diganti dengan HFA propellants, yang memiliki kecepatan penghantaran obat ke paru-paru lebih rendah untuk itu pihak industry farmasi menyarankan penggunaan MDI dengan posisi mulut tertutup rapat.

6.    Tarik nafas dalam-dalam dan bersamaan perlahan-lahan menekan bagian atas metal canister untuk mengeluarkan dosis . Kurangnya koordinasi saat ekshalasi dengan inhalasi pada saat penyemprotan bahan obat dengan metered dose inhaler (MDI) sering kali menjadi kesalahan umum yang menyebabkan tidak optimalnya pengobatan melalui rute inhalasi. Pengobatan asma (salah satunya) melalui rute inhalasi dimana obat harus mencapai bronkiolus (paru-paru) dengan ukuran partiker 1-5 µm yang dapat terdeposit pada saluran pernafasan yang sangat kecil sehingga MDI dapat bekerja sangat efektif. Apabila pada step  ini tidak dilakukan secara bersamaan maka partikel obat yang aerodinamik berukuran 1-5 µm tidak akan masuk ke bronkiolus secara keseluruhan sehingga mengurangi efektifitas kerja obat karena partikel obat terdeposisi pada bagian mulut, orofaring ataupun alveolar.


7. Lanjutkan untuk bernapas perlahan-lahan selama 4-5 detik. Sediaan MDI mengandung propellants yang membantu proses jalannya distribusi obat terdeposisi pada paru-paru sebanyak 10-20% dengan sediaan aerosol. Proses penguapan propellant untuk mfemperkecil ukuran partikel sediaan aerosol bergantung pada jarak dan waktu dari obat yang dikeluarkan melalui inhaler menuju paru-paru, apabila terlalu cepat jarak yang dihasilkan terlalu singkat, menyebabkan ukuran sediaan masih cukup besar dan berada pada saluran pernafasan atas sehingga pengobatan menggunakan MDI tidak mencapai efektifitas yang optimal. Inhalasi secara perlahan ini dilakukan hingga mencapai total lung capacity (TLC) apabila bernafas terlalu cepat, obat dapat terbuang kembali ke faring dan mulut secara instan pada saluran pernafasan akan mengalami efek samping yang tidak diinginkan.

8.  Tahan napas selama 10 detik.  Masalah dan kesalahan umum yang sering terjadi pada step 8 adalah  gagal atau tidak mampu untuk menahan napas selama waktu yang diperlukan . Step 8 adalah tahan nafas selama 10 detik pada dasarnya step ini sangatlah penting sebab partikel obat harus terdeposisi secara maksimal dan optimal di paru-paru serta menahan nafas dapat memberikan waktu pengobatan menetap atau bertahan lama pada saluran pernafasan. Apabila pasien tidak dapat menahan nafas selama 10 detik. Menahan nafas selama waktu 10 detik merupakan waktu yang efektif untuk partikel obat terdeposisi pada paru-paru apabila pasien tidak dapat menahan nafas selama 10 detik maka diperbolehkan menahan kurang dari 10 detik (misal selama 5 detik atau 7 detik) selama pasien mampu melalukannya, waktu minimal untuk menahan nafas yaitu 4 detik. Pasien yang melalukan step ini bila menahan nafas lebih dari 10 detik tidak akan menimbulkan optimal yield value atau tidak menimbulkan efektifitas obat berlebih.

9.  Hembuskan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut. Tujuan dari step 9 ini adalah memberikan waktu obat yang telah terdeposisi di paru-paru tidak terbuang secara instan. 

Kamis, 12 Mei 2016

Mengenai KAMPOENG ASMA


Asma merupakan salah satu dari masalah kesehatan mayor di dunia. Kondisi gejala asma yang tidak terkontrol dapat mengurangi kualitas hidup pasien, peningkatan biaya pengobatan, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat komplikasi asma. Tujuan dalam terapi asma adalah mencapai kondisi klinis yang terkontrol agar pasien dapat hidup semaksimal mungkin dan tidak terbatas karena gejala asma, dengan didukung kerjasama yang baik antara pasien dengan tenaga kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat cukup signifikan adalah APOTEKER. 
Pelayanan kefarmasian pada penanganan asma diharapkan dapat menjadi strategi tepat untuk mencegah dan mengontrol morbiditas dan mortalitas pasien Optimasi pelayanan kefarmasian akan mempengaruhi biaya kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien, agar tidak hanya merupakan terapi yang aman dan efektif, namun juga dari segi efektivitas biaya terapi obat

Oleh karena itu dibutuhkan sarana informasi dan sharing dalam peningkatan informasi dan kemampuan untuk mengubah pola hidup pasien kearah yang lebih baik. Dalam hal ini, KAMPOENG ASMA lahir untuk mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik pagi pasien dengan gangguan pernafasan pada umumnya, dan pasien asma pada khususnya.

Komunitas KAMPOENG ASMA lahir diawal tahun 2016, kata "KAMPOENG" di daerah Jawa familiar dengan istilah suatu kelompok di wilayah tertentu yang cenderung memiliki hubungan kekerabatan yang saling mengenal dan kekeluargaaan. Kata KAMPOENG ASMA berarti suatu komunitas yang tidak mengenal latar belakang, kondisi ekonomi, dan asal usul, yang sama-sama bertujuan meningkatkan kualitas hidup pribadi/keluarga/kerabat yang berisiko/telah memiliki gangguan pernafasan.

KAMPOENG ASMA berpusat di Surabaya, dan melayani kebutuhan informasi dari masyarakat di Indonesia.

Di awal kegiatannya, KAMPOENG ASMA melayani:
1. Menjawab semua pertanyaan untuk mendapatkan informasi seputar pengobatan pernafasan sebagai bagian dalam pelayanan kefarmasian. Pertanyaan dilayani secara cuma-cuma dan dapat dikirimkan melalui blog ini atau secara pribadi di email: kampoeng.asma@gmail.com

2. Melayani permintaan edukasi/penyuluhan seputar pengobatan asma. Seperti: penyuluhan pengobatan, ketrampilan cara penggunaan alat, dst.



Salam,
Amelia Lorensia
Apoteker 




Siapa Amelia Lorensia?
Penulis adalah seorang apoteker dan bekerja sebagai seorang dosen di salah satu Universitas swasta ternama di Surabaya, yang kini sedang menyelesaikan pendidikan S-3nya mengenai pengobatan asma. Penulis mendalami penelitian terkait gangguan pernafasan (terutama asma) sejak 7 tahun lalu, dan berharap dapat memberikan konstribusi dalam pengembangan pengobatan melalui pelayanan kefarmasian di bidang penyakit pernafasan.